Jumat, 06 April 2012

KONSELING ADLERIAN

A. Perspektif Historis Konseling Adlerian dikembangkan oleh Adler beserta pengikutnya berdasarkan teori psikologi individual Adler. Adler adalah salah satu murid Freud yang tidak sependapat dengan beberapa konsep teoritik Freud, khususnya konsep-konsep tentang seksualitas dan determinan biologis atau genetic. Perbedaan antara teori Freud dan Adler, Freud lebih memusatkan perhatian pada psikodinamika individual pada individu-individu neurotic, sedangkan Adler lebih memusatkan perhatian kepada bidang social politik di masyarakat umum. Minat Adler pada bidang social dan masyarakat umum dimotivasi oleh misinya untuk membawa psikoterapi pada berbagai kalangan masyarakat khususnya masyarakat kelas ke bawah. Pandangan Adler menekankan pada kebulatan kepribadian (unity of personality) yang maksudnya manusia hanya dapat dipahami sebagai suatu entitas yang lengkap dan utuh. Pandangan ini mendukung sifat keterarahan perilaku yakni menegaskan apa yang ingin dituju oleh manusia lebih penting daripada apa yang ditinggalkan atau darimana mereka berasal. Setiap manusia mengembangkan gaya hidup yang unik untuk mencapai tujuan tertentu yang merupakan ekspresi dari tujuan yang ingin dicapainya. Apa yang terjadi pada diri kita merupakan hasil ciptaan (tindakan) kita sendiri dan bukan hasil dari bentukan pengalaman masa kanak-kanak. Setelah Adler meninggal, ajarannya terus disebar luaskan oleh Rudolph Dreikus. Minat terhadap ajaran Adler mulai muncul dan berkembang ketika banyak lembaga masyarakat maupun institusi nasional dan internasional menawarkan pelatihan dalam teknik-teknik Adlerian (Corey, 1985). Bahkan pada tahun 1977 terdapat suatu organisasi Adlerian di beberapa Negara seperti Austria, Denmark, Prancis, Jerman, Inggris, Yunani, Israel, Italia, Swiss, dan Amerika. B. Pokok-Pokok Teori Teori Adlerian lebih menekankan pada determinan social yang mana manusia adalah makhluk social yang termotivasi oleh dorongan-dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang memiliki dimensi social. Dua aspek penting dalam teori Adlerian adalah pandangan tentang sifat dasar manusia dan system teori secara garis besar. 1. Pandangan tentang sifat dasar manusia Adler mengakui pentingnya masa lima tahun pertama kehidupan dalam mempengaruhi perkembangan manusia. Individu juga memiliki kemampuan bawaan untuk mengarahkan dirinya sendiri. Factor bawaan dan kemampuan awal kurang penting dibandingkan dengan “apa yang dilakukan individu pada dirinya”. Apa yang penting bagi manusia adalah mencapai keberhasilan dan menemukan makna kehidupan. Upaya ke arah itu menjadi factor penentu perkembangan. Adler juga memandang manusia memiliki dorongan untuk berhasil. Perilaku manusia harus dipelajari dari sudut pandang yang holistic. Pada usia antara 4-5 tahun anak-anak sudah memiliki kesimpulan umum tentang hidup dan cara terbaik untuk menghadapi masalah hidup yang mana diadopsi dari interaksi lingkungannya yang kemudian membentuk gaya hidup (life style). Gaya hidup bersifat unik pada setiap individu dan mempresentasikan pola-pola perilaku yang dominan di sepanjang hidupnya. Gaya hidup jarang berubah tanpa intervensi dari orang lain. Adler memandang manusia memiliki minat social yang menjadi barometer bagi mental yang sehat. Suatu perasaan untuk memiliki dan terlibat dengan orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan umum kemasyarakatan. 2. System Teori a. Teori Adler diklasifikasikan ke dalam perspektif fenomenologis Bagi Adler, kerangka acuan internal atau persepsi subyektif individu lebih penting daripada realitas obyektif. Esensi psikologi individual Adler yaitu Adler melihat setiap orang adalah individu yang unik dan hanya dengan memahami perspektif subyektif individu tentang lingkungan, logika pribadi dan gaya hidup, dan tujuan hidupnya maka kita dapat sepenuhnya memahami siapa jati diri individu tersebut. b. Teori Adlerian bersifat holistic Adler memandang individu sebagai satu kesatuan yang diidentikkan dengan kebulatan, manusia tidak bisa dipisah-pisah atau dibagi-bagi dan dapat dipahami hanya jika dipandang sebagai satu kebulatan. Konselor Adlerian harus memusatkan perhatian pada faktor-faktor interpersonal dan situasi social konseli. c. Perasaan rendah diri (inferioritas) sebagai determinan perilaku/ perkembangan Perasaaan rendah diri dari tahun-tahun awal kehidupan memainkan peran penting dalam mempengaruhi perkembangan manusia. Setiap anak mempersepsi dirinya sebagai entitas yang begitu kecil dan tak berdaya, khususnya dibandingkan dengan orang tua dan saudara-saudara mereka. Cara-cara yang digunakan anak dalam mengatasi perasaan rendah dirinya menjadi factor penting yang akan mempengaruhi perilaku dan perkembangan dirinya. Dalam pandangan Adler, setiap manusia memiliki tujuan untuk beralih dari perasaan inferior menjadi superior. d. Ajaran tentang gaya hidup Gaya hidup merupakan suatu cara unik yang digunakan oleh setiap individu untuk menangani perasaan rendah diri dan mencapai tujuan-tujuan hidupnya. Gaya hidup individu sebagian dipengaruhi oleh komposisi dan pola interaksi dalam keluarga. Grey (1998) memandang gaya hidup sebagai suatu yang sangat mendasar bagi semua konsep Adler, dan menggambarkannya sebagai totalitas dari semua sikap dan aspirasi individu, suatu perjuangan yang mengarahkan individu untuk mencapai tujuan. e. Minat social Tujuan dan gaya hidup individu akan memberikan pengaruh pada cara penyesuaian dirinya. Individu dipandang memiliki fitrah sebagai makhluk social, yakni entitas yang peduli dengan konteks sosialnya. Kesadaran bahwa dirinya menjadi bagian dari komunitas manusia memungkinkan individu untuk mengakui bahwa baik-buruknya masyarakat akan memberi dampak bagi dirinya, dan bahwa dengan menyokong kesejahteraan lingkungan maka ia lebih dapat mencapai tujuan-tujuan hidupnya. Minat sosial tersebut terefleksikan melalui tingkat keberhasilan yang dicapai dalam tugas kehidupan: pekerjaan, cinta, dan persahabatan. f. Konstelasi dan iklim keluarga Konstelasi keluarga meliputi beberapa aspek seperti : komposisi keluarga, peran setiap anggota keluarga, dan transaksi timbale balik antara anak dengan orang tua dan antara anak dengan saudaranya pada masa kanak-kanak. Iklim keluarga merupakan gaya (style) yang digunakan oleh keluarga dalam menangani masalh hidup dan gaya ini menjadi model bagi anak. g. Urutan kelahiran 1. Anak pertama: anak pertama pada awalnya menjadi pusat perhatian dan seringkali dimanja, tapi ketika adiknya lahir, perhatian yang diterimanya dari orang tuanya menjadi berkurang dan ia merasa marah, terancam, cemburu kepada adiknya. Anak pertama pada umumnya cenderung dapat diandalkan/ dipercaya, bertanggung jawab, dan mementingkan prestasi. 2. Anak kedua: anak kedua sering merasa tertekan karena harus bersaing dengan kakaknya. Jika tak mampu menyaingi prestasi kakaknya, anak kedua umumnya mengarahkan minatnya untuk mencapai prestasi pada bidang yang kurang diminati oleh kakaknya. 3. Anak di tengah: anak tengah ini seringkali mengalami kesulitan untuk menemukan cara menjadi unik dan kehilangan motivasi, memandang dirinya sebagai anak yang tidak dicintai dan ditolak. 4. Anak termuda: anak termuda menghadapi 2 bentuk kesukaran umum; harus berjuang/ berkompetisi atau menyamai prestasi kakak tertuanya atau membiarkan dirinya tetap tak berdaya di hadapan saudara-saudaranya dan menjadi “bayi” keluarga. 5. Anak tunggal: anak tunggal umumnya dapat mencapai prestasi seperti halnya anak pertama dan selalau dapat menikmati keadaannya yang menjadi pusat perhatian. Namun, mereka dapat menjadi manja dan hanya mementingkan dirinya sendiri. h. Gangguan perilaku Dalam pandangan Adler, gangguan psikologis dan perilaku dapat melibatkan kesalahan dalam gaya hidup, kesalahan dalam menetapkan tujuan hidup, atau tak tersalurkannya minat-minat social. Berdasarkan pada pandangan ini maka konseling Adlerian tidak memandang konseli sebagai orang yang menderita karena penyakit tetapi karena mengalami kegagalan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan atau menyelesaikan tugas-tugas kehidupan. Oleh karena itu konseling harus dirancang sebagai suatu proses pendidikan dan bukan pengobatan. C. Implementasi 1. Tujuan Konseling Tujuan umum konseling Adlerian adalah untuk membentuk manusia dewasa yang utuh dan sehat secara pribadi dan social ( well-functioning). Manusia dewasa yang sehat dikonseptualisasikan sebagai individu yang memperlihatkan kemandirian baik secara fisik maupun emosi produktif, dan mampu menjalin kerja sama dengan orang lain baik untuk tujuan pribadi maupun social. Secara khusus tujuan konseling Adlerian adalah membantu individu untuk mengakui perasaan-perasaan sakit (penderitaannya) yang tidak realistis. Dengan membantu individu menyadari kesalahan logika yang digunakannya dan mengubah pola berpikir dan respon-respon terkondisinya, konselor akan lebih mudah untuk membantu mereka menangani masalah inferioritas, ketergantungan, dan perasaan gagal yang bertumpuk dan kemudian mengembangkan rasa percaya diri dan minat social yang diperlukan untuk mencapai penyesuaian diri yang sehat dan gaya hidup yang lebih positif. Logika berpikir dan latar belakang merupakan sasaran utama dalam konseling Adlerian. Anak-anak yang sehat/ ideal dan dapat menyesuaikan diri dengan baik, memiliki beberapa kualitas sebagai berikut: a) Menghormati hak-hak orang lain b) Toleran terhadap orang lain c) Memiliki minat yang kuat untuk terlibat dengan orang lain d) Dapat bekerja sama dengan orang lain e) Mampu memberikan dorongan pada orang lain f) Cortious g) Memiliki konsep diri positif h) Memiliki perasaan memiliki i) Memiliki tujuan-tujuan hidup yang dapat diterima oleh masyarakatnya j) Menekankan upaya-upaya yang tulus dan sungguh-sungguh k) Mau berbagi dengan orang lain l) Lebih menekankan pada kebersamaan (kita) bukan pada pribadi (saya) 2. Proses konseling Konselor Adlerian memiliki peran yang sangat kompleks dan perlu memiliki banyak ketrampilan, harus memperlihatkan sikap mendukung (suportif) mampu, mendorong konseli untuk mau mengambil resiko, dan membantu mereka untuk mau menerima kesalahan dan ketidaksempurnaannya. Terdapat 4 tahapan yang diidentifikasi memrepresentasikan proses konseling Adlerian: a. membangun suatu hubungan yang kolaboratif dengan konseli. b. Eksplorasi dan analisis c. Pengembangan insight d. Reorientasi dan perubahan 3. Teknik konseling Ada beberapa teknik atau bisa disebut pendekatan: a. Teknik interpersonal, konselor yang meliputi kesanggupan untuk memberikan perawatan yang tulus, keterlibatan, empati, dan teknik-teknik komunikasi verbal maupun non verbal yang lain untuk mengembangkan hubungan konseling dan mengungkap perasaan-perasaan inferioritas konseli. b. Teknik bertanya, guna mengungkap harapan konseli terhadap program perlakuan, pandangannya terhadap masalah yang dialami, cara-cara yang telah mereka gunakan untuk mencoba meningkatkan kehidupannya, dan apa yang mendorong mereka mencari bantuan professional. c. Teknik dorongan, Untuk mendorong konseli, konselor perlu memusatkan perhatian pada: (1) apa yang dilakukan konseli dan bukan mengevaluasi perilakunya (2) perilaku sekarang dan bukan perilaku lampau (3)perilaku dan bukan pribadi konseli (4) upaya dan bukan hasil (5)motivasi intrinsic dan bukan ekstrinsik (6) yang dipelajari dan bukan yang tidak dipelajari (7)apa yang positif dan bukan yang negative. Teknik-teknik tersebut juga digunakan oleh konselor pada tahapan eksplorasi dan analisis. Untuk melaksanakan tahapan ketiga konselor menggunakan dorongan yang ditambah dengan interpretasi dan konfrontasi atau tantangan guna membantu konseli memperoleh kesadaran (insight) tentang gaya hidupnya. Pada tahapan keempat, konselor terus memainkan peran aktif untuk mendorong konseli menggunakannya pemahamannya guna merumuskan tindakan-tindakan nyata yang mengarah perubahan perilaku atau pemecahan masalah. Penekanannya adalah pada keyakinan, sikap, dan persepsi. Jika ketiga aspek tersebut berubah maka perilaku juga turut berubah. D. Aplikasi Model konseling Adlerian sangat cocok untuk anak-anak sehingga banyak digunakan oleh para konselor sekolah di tingkat pendidikan dasar. Pendekatan ini juga banyak digunakan sebagai kerangka kerja dalam konseling perkawinan, konseling karier, konseling umum, dan pendidikan orang tua, serta untuk berbagai tujuan assessmen. Dreikus mengembangkan suatu model konseling Adlerian yang ia sebut psikoterapi minor yang diterapkan dalam konteks pelayanan bantuan yang holistic. Pendekatannya tersebut telah dielaborasi dengan nama Adlerian brief therapy (Corey,2005). E. Kontribusi dan Kritik Konseling Adlerian memiliki banyak kelebihan juga keterbatasan. Diantara kelebihannya dapat dilihat pada kontribusinya terhadap praktek konseling dan psikoterapi. Perkembangan konseling eksistensial, konseling kognitif, konseling realita, konseling berpusat pada pribadi, dan konseling Gestalt semuanya dipengaruhi oleh pemikiran Adler. Pendekatan Adler banyak diterapkan untuk konseli dari berbagai populasi. Pendekatan Adler pada nilai kemasyarakatan juga menambah nilai positif dari pendekatannya. Keterbatasan dari teori Adler diantaranya berkaitan dengan kurangnya data penelitian yang mendukung. Banyak konsep-konsep teoritis yang dikemukakan oleh Adler seperti common sense, tujuan fiksional, dan superioritas berpotensi menimbulkan oversimplification karena masih terkesan abstrak dan kurang didefinisikan dengan jelas. Tuliasn-tulisan Adler tentang formulasi teoritiknya jug dinilai kurang sistematis. DAFTAR PUSTAKA Darminto, Eko.2007.Teori-Teori Konseling.Surabaya:Unesa University Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar