Jumat, 06 April 2012
TEORI KONSELING
Nama: Ulfi Rachma Amzi
Nim: 101014045
PPB/BK B 2010
Contoh kasus
Arga adalah seorang mahasiswa di Universitas Negeri di Surabaya. Dia sekarang duduk di semester 3 jurusan bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Seni. Sehari-harinya dia tergolong anak yang supel-mudah bergaul dengan siapa saja, kecuali satu hal, yakni dia cenderung menjauhi perempuan. Arga menganggap bahwa semua perempuan itu tidak baik. Anggapannya beralasan ketika diketahui masa lalu Arga. Arga ketika kecil (usia SD) Arga mengalami perlakuan yang buruk dari ibunya. Ibunya selalu memperlakukannya dengan kasar, tidak pernah menunjukan sikap kelemah lembutan, layaknya seorang ibu kepada anaknya. Ibunya juga seorang yang egois, dominan terhadap ayahnya. Jadi ia mengidentifikasi semua perempuan akan berbuat berbuat sama dengan ibunya. Ia tak ingin menjadi laki-laki lemah yang didominasi oleh perempuan. Karena itu dengan menghindari perempuan. Akibat tingkah lakunya itu, dia merasa kesulitan dengan perkembangannya yang memang seharusnya sudah usianya untuk mengenal lawan jenisnya. Dan ia tak dapat memaksimalkan potensinya.
Tujuan konseling
1. Mencapai kesadaran diri (bahwa semua perempuan tidak sama dngan ibunya)
2. Menghayati hidup pada tataran disini & sekarang (dia bukan lagi menjadi anak kecil yang diperlakukan tidak baik, tapi sekarang menjadi manusia dewasa yang sudah saatnya menjadi perempuan)
3. Mengungkap masalah-masalah pribadi yang tak terselesikan (mengenai perlakuan tidak baik dari ibunya di masa lalu)
4. Mencapai & memanfaatkan sumber-sumber potensi pribadinya.
5. Melakukan kontak yang bermakna dengan semua aspek dirinya,orang lain, & lingkungannya (mulai membentuk hubungan dengan orang lain,termasuk perempuan)
Proses konseling
Penulis akan menggunakan teori gestalt dalam hal ini karena konseli (Arga membiarkan dirinya dikelilingi oleh masalah-masalah yang tak terselesaikan (unfinished bussiness). Yakni masa lalunya yang diperlakukan tidak baik oleh ibunya. Karena hal ini, Arga mengalami gangguan perkembangan dalam kehidupan pribadinya yakni cenderung menghindar dari perempuan. Dia menganggap semua perempuan sama jeleknya dengan ibunya. Maka dari itu, timbul perasaan trauma terhadap perempuan.
Gangguan perkembangan dalam konseling gestalt timbul apabila individu mengingkari atau menolak aspek-aspek dirinya, tidak hidup pada saat sekarang, tidak melakukan kontak dengan lingkungannya, kurang memiliki kesadaran, dan kurang mengaktualisasikan dirinya. dari ciri-ciri tersebut beberapa telah dimiliki Arga.
Dalam proses konseling Gestalt, Arga diarahkan untuk mencapai suatu kesadaran karena melalui kesadaran maka akan ada kemauan untuk berubah mengatasi masalahnya. Proses membangkitkan kesadaran dapat dicapai dengan cara mengembangkan hubungan alinasi terapeutik yang kodusif & menekankan pada aspek-aspek personal konseli. Konselor harus berusaha untuk menjalin hubungan yang baik dengan konseli (Arga) dengan harapan agar konseli merasa nyaman dalam mengungkapkan gejala emosi yang dipendam selama ini (terhadap perempuan).
Dalam hubungan ini, konselor dan konseli dituntut untuk menghayati sepenuhnya keadaan disini dan sekarang. Konselor tidak boleh membiarkan konseli (Arga) kembali larut dalam masa lalunya yang kelam, tapi berusaha untuk memfokuskan perasaan-perasaan yang dialaminya saat ini. Juga konseli hendaknya didorong untuk berperan aktif dan mengambil tanggung jawab. Tujuan konseling pada umumnya adalah untuk memandirikan konseli. Untuk itu, konseli harus didorong untuk membuat suatu keputusan yang dapat dipertanggung jawabkannya.
Teknik konseling
Teknik eksperimen berarti mendorong konseli untuk mengalami dan mencoba cara-cara baru. Melalui teknik ini konseli membelajarkan konseli (Arga) untuk mengalami dan menghayati kembali masalah-masalah yang tak terselesaikan ke dalam situasi disini dan sekarang.
Arga dapat diarahkan untuk mencoba melakukan kontak dengan perempuan, dengan memposisikan dirinya, bagaimana tindakan dirinya sewaktu diperlakukan tidak baik oleh ibunya, tapi dibawa ke masa sekarang yakni sebagai Arga yang dewasa, bukan anak kecil lagi. Dengan cara ini diharapkan Arga akan mencoba menyelesaikan masalah-masalah yang tak terselesaikan di masa lalunya.
Teknik lain yang bisa digunakan berkaitan dengan penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa yang tepat membuat konselor dapat menciptakan suatu iklim lingkungan yang dapat mendorong perubahan.:
• Menggunakan pernyataan “saya”! Konselor mendorong konseli (Arga) untuk memusatkan perhatian pada perasaan dan pengalamannya sendiri. Arga diarahkan untuk menyadari perasaannya sendiri, tetap focus dan tidak boleh menyimpang ke pengalaman atau perasaan orang lain.
• Menyatakan pengalaman disini dan sekarang. Jika konseli bercerita tentang masa lalunya, konselor harus segera mengarahkannya untuk mengalaminya kembali pada saat sekarang.
Teknik lainnya adalah topdog/ underdog. Dalam topdog, Arga menempatkan dirinya untuk menilai dan mendorong bagian dirinya yang terhambat perkembangannya tadi (cenderung menghindari perempuan) dan kemudian mengatakan bagaimana ia seharusnya berpikir, bertindak terhadap perempuan yang sewajarnya.
Melalui proses konseling tersebut, dengan pendekatan teori gestalt, diharapkan Arga dapat mencapai kesadaran diri untuk menyelesaikan masalahnya, untuk mengungkapkan masalah-masalah yang tak terselesaikannya, melakukan kontak dengan semua aspek lingkungannya termasuk perempuan, dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dalam membuat pilihannya sendiri, dan dapat mengembangkan potensi-potensinya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar